Sunday, July 26, 2015

Ramadhan Tanpa Amarah


Ramadhan kemarin, saya benar-benar merasakan perjuangan untuk beribadah. Hingga H-7, saya harus puas bisa tarawih sekali saja di masjid, sisanya di rumah. Tidak jauh berbeda dengan mengaji, saya tidak rutin melakukannya tiap hari. Jadi, sekalinya ada tenaga tersisa, saya rapel sekalian beberapa halaman. Yang paling “instan” sekalipun, yaitu mendengarkan tausyiah di televisi, hampir tidak pernah. Semua alasannya sama: karena anak.