Monday, October 23, 2017

Lomba Masak, Siapa Bilang Gampang?



Saya, wanita yang paling tidak suka menyibukkan diri di dapur, mendadak pingin ikut lomba masak. Tawaran lomba tersebut datang saat sekolah Aksa berencana mengadakan peringatan Hari Pangan dengan cara mengadakan Cooking Competition for Parents. Niat saya seseruan, karena menang bukan target utamanya. Seru pastinya karena satu tim berisi lima orang dan saya belum banyak kenal dengan parents yang lain, so pasti bakal nambah kenalan dan ajang sosialisasi. Hobi nonton Masterchef juga turut menjadi faktor penguat keinginan saya untuk berpartisipasi. Kapan lagi bisa ikut lomba masak yang nothing to lose gini kan ya..

Se-nggak niat nggak niatnya menang, tetap saja saya dan tim nggak mau tampil memalukan. Setelah tim terbentuk mewakili level kelas anak kami, kami pun berdiskusi melalui grup Whatsapp, dilanjutkan sekali kopdar pada H-2. Saya ingin menu yang sesimpel mungkin karena saya cari aman (hahah), dan alhamdulillah ibu-ibu di kelompok saya pun kayaknya orangnya nyantai semua. Klop dah. Bikin nugget singkong kita akhirnya (karena bahan dasar masakan harus singkong), sesuai usul ketua tim.

Yak, pada hari H, saya sudah sempat mengukus beberapa sayur untuk garnish di rumah karena saya yang mendapat tugas plating. Siapa tahu disana waktunya tidak cukup untuk mematangkan sayur hiasan ini.

Ternyata betul saudara-saudara. Waktu 1,5 jam yang diberikan panitia yang awalnya serasa “kok lama banget”, ternyata berlalu dengan saaaangat cepat. Kegiatan pertama yaitu memarut singkong, membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang saya duga. Padahal, dua orang dikerahkan untuk memarut (termasuk saya) sementara tiga orang lainnya mengupas udang dan menyiapkan wortel cincang sebagai bahan adonan nugget. Sehingga, ketika waktu memasak tersisa 15 menit, adonan baru masuk panci pengukus. Ketika waktu kurang tiga menit, nugget baru sempat digoreng. Terpaksa, kami sajikan nugget kukus di piring yang sudah selesai proses garnishnya. Sebelum peluit berbunyi, 
Alhamdulillah kami berhasil mengganti nugget kukus dengan nugget goreng.

Meja tim lain
Fiuhhh. Lega dan…pengen ketawa rasanya..

Gimana enggak ya, saya ngerasa tim kami nebie abis di kancah perduniamasakan. Itu meja sebelah masakannya rumit-rumit dan display mejanya alamak colorful to the max…! Kalau saja salah satu dari kami tidak membawa bunga dan alas meja serta tulisan artsy yang diberi pigura, sudah hancur lebur ini meja. Cuma ada piring dengan desain minimalis dan nugget kukus. Bayangkan saja, tim sebelah menunya ada yang klappertart sampai smoothies. Dari bahan singkong, lho. Gak kebayang kan..
Meja tim saya. How?
Melihat hasilnya, saya sih sudah pasrah kami akan menghuni perolehan poin di dua  terbawah. Tapi, saya puas dengan hasil plating saya yang clean dan ala ala masterchef. Boleh dong memuji diri sendiriii.. For a woman who never cooked until she got married, this is an achievement.
Saat pengumuman, kami pun dinobatkan sebagai juara kelima dari lima peserta. Alhamdulillah…hahaha..

Hadiah lomba. Kreatif dan sangat Hari Pangan.
Terlepas dari peringkat kami, saya menilai ada beberapa hal yang bisa saya pelajari dari lomba masak ini.

Pertama, manajemen waktu. Idealnya memang menu harus diuji coba terlebih dahulu sebelum dilombakan sehingga kita tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap tahapnya. Sebenarnya, ketua tim sudah mencobanya di rumah sih, tapi maklum kami ibu-ibu yang terlalu banyak pikiran sehingga tidak terpikir untuk menghitung waktu memasak. Karena saya juga tidak pernah ikut lomba masak, saya hanya fokus ke bagaimana tugas saya bisa dilakukan dengan baik, yaitu plating.  

Kedua, kerjasama tim. Kami berlima belum mengenal satu sama lain. Kalau tidak salah, saya hanya pernah berbincang sekali dengan setiap anggota tim lainnya, dan baru berkenalan dengan satu anggota tim yang tersisa. Pada hari H, kami ternyata mampu bekerjasama dengan baik, tanpa ada konflik, malah setelah lomba semakin dekat. Lomba masak ini ternyata sudah mencapai tujuannya, yaitu gathering. Mengumpulkan dan mengakrabkan yang tadinya tidak saling tahu.

Ketiga, pengalaman. Terlihat sekali dari pilihan menu, peralatan yang dibawa, alat makan yang didisplay bahwa jam terbang itu berpengaruh besar. Sama seperti lomba-lomba lainnya (mendadak saya ingin menulis tentang lomba mewarnai anak ya). But, honestly, I do like my team’s decoration. Saya suka yang simple and that’s what we did.  Pilihan menu juga sudah sesuai dengan kemampuan kami.

For that, I conclude that, we made it!! High Five for all of us ya buibu.. and also for dads who took care of the kids and babies while we’re having fun J.